Mudhofar
Just a blogger who lives with curiosity

Mengapa saya memilih Anies Baswedan?

Foto Anies Baswedan di depan coffee truck yang dibuat oleh Olppaemi Project

Dalam tulisan ini, saya ingin mengungkapkan alasan mengapa saya memilih Anies Baswedan sebagai Presiden Republik Indonesia 2024. Namun di sini, saya tidak ngin mengulang apa visi misi beliau menjadi capres dan saya akan membeberkan alasan saya dengan lugas.

Disclaimer. Saya tidak diendorse untuk menulis tulisan ini dan saya tidak menerima uang sepeser pun dari Tim Pemenangan AMIN. Tulisan ini adalah pure keinginan saya untuk membagikan sudut pandang saya pribadi.

Dan mohon maaf sebelumnya, jika tulisan saya agak panjang dan berantakan karena ini adalah tulisan bermuatan politik pertama saya.

Alasan saya adalah

Sederhana saja, because he is good policy maker. Beliau adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang baik. Dengan filosofi keadilan dan kesetaraan, bisa tergambar kebijakan-kebijakan yang akan beliau ciptakan nanti ketika menjadi presiden adalah kebijakan yang mampu menghadirkan rasa keadilan untuk publik.

Sebagai contoh saya sebutkan tiga di antara semua kebijakan dan sepak terjang beliau:

  1. Mengembalikan Jalan di kawasan Sudirman-Thamrin untuk bisa digunakan oleh pemotor termasuk ojol dan pejalan kaki, sehingga jalan terbesar dan termahal di Indonesia tersebut bisa dimanfaatkan bukan hanya bagi segelintir kaum menengah ke atas yang berkendaraan mobil namun juga bisa digunakan oleh seluruh elemen masyarakat termasuk ojol dan pejalan kaki. Manfaatnya sangat terasa bagi UMKM dan bisnis-bisnis kecil yang ingin melakukan distribusi.
  2. Mempersilahkan pedagang kaki lima berjualan di pinggir jalan pada jam tertentu. Penggusuran dan razia adalah wajah Jakarta yang mampu diubah oleh seorang Anies Baswedan menjadi kota yang ramah bagi semuanya. Termasuk pedagang yang ingin berjualan di pinggir jalan. Sebelumnya, mungkin pedagang dianggap mengotori visual kota namun dengan aturan yang tepat dan ruang waktu yang dikondisikan membuat semuanya bisa menjadi tertib.
  3. Gerakan Indonesia Mengajar adalah salah satu terobosan beliau untuk mengimbangi ketimpangan pendidikan di pelosok daerah tertinggal. CMIIW, Sejak 2010, Anies bersama timnya berhasil mengirimkan sebanyak 1.232 sebagai Pengajar Muda untuk melayani 349 desa di 251 Kecamatan, 38 Kabupaten dan 27 Provinsi di seluruh Indonesia. Program ini berjalan dan memberikan dampak positif meskipun bukan program pemerintah. Filosofinya jelas, yaitu keadilan pendidikan untuk siapa saja termasuk di daerah tertinggal.

Di sini, saya tidak mungkin menuliskan semua kebijakan dan sepak terjang Abah Anies. Say it pemanfaatan public space, Jaklingko, Jakwifi dan lain sebagainya karena akan terlalu panjang.

Dari semua kebijakan dan sepak terjang Abah Owl yang saya sebutkan di atas, semuanya jelas filosofinya. Yaitu keadilan bagi semua dan kesetaraan untuk publik. Negara kita begitu luas untuk dimanfaatkan bersama namun negara ini terlalu kecil untuk dikuasai dan dinikmati oleh segelintir orang kaya nirempati, oligarki dan mafia.

Sebagai orang kampung dari sebuah kabupaten antah berantah, saya merasakan ketimpangan ekonomi begitu besar, perhatian yang kurang dan ketersedian peluang dan lapangan kerja yang tidak memadai.

Masak kalo searching INFO LOKER KAB BATANG setiap hari isinya cuma debt collector, sama pegawai koperasi doang (tukang narik duit juga) yang tersedia. Emangnya saya mau dapat gaji dari riba? Terus kok bisa pinjaman hutang bisa jadi komoditi terlaris? Jawabannya jelas ketimpangan ekonomi, gaya hidup hedon yang digaungkan influencer sampah sampai judi online yang menjamur.

Tentunya saya berharap dengan terpilihnya Anies bisa merubah itu semua.

Anies Radikal kenapa dipilih?

Jika radikal yang Anda maksud adalah berarti ‘mengakar/mendalam’, maka jawabannya adalah iya. Anies adalah orang yang radikal (mendalami) keilmuan yang ia tempuh dan radikal dalam pengalaman yang ia jalani baik sebagai akademisi, pemikir, ekonom dan gubernur. Silahkan baca sendiri prestasi dan penghargaan yang beliau dapatkan di situs bijakmemilih.id.

Namun jika radikal yang Anda maksud adalah intolerant, rasanya sangat jauh jika tudingan tersebut ditujukan kepada pribadi Anies Baswedan.

Di bawah kepemimpinannya, Jakarta mencapai Indeks Kota Toleran ke 40 pada 2021 dari sebelumnya ke 94 pada 2017. Coba deh hitung berapa gereja yang izinnya mandek lalu dikeluarkan izinnya oleh Pemprov DKI Jakarta. Yang kayak gitu dikatain intoleran?

Foto Anies dengan Habib Rizieq

Tuh lihat! Anies radikal karena duduk bersama Habib Rizieq!”, loh justru bagi saya itu sinyal positif. Artinya seorang Anies mau duduk bersama dan menjalin komunikasi yang baik kepada siapa saja, tanpa memandang apakah dia Islam politik, Islam Tradisional, Islam Liberal, NU, Muhammadiyah, FPI, Manhaj Salafi, semuanya punya hak yang sama secara politik dan sosial.

Sebagai seorang guru ngaji Tafsir al-Quran di kampung, saya akan mengutip sebuah ayat tentang berlaku adil yang artinya, “dan janganlah kebencian kepada suatu kaum mendorong kalian untuk tidak berbuat adil” (Al-Maidah: 8). Adapun tafsirnya silahkan Anda telusuri sendiri di Tafsir Ibnu Katsir, Hasyiyat ash-Shawy atau tafsir yang lain sesuai keinginan Anda. Sepertinya Anda lebih paham tafsir dibandingkan saya.

Inti yang ingin saya tekankan adalah negara ini diselenggarakan bukan hanya untuk golongan tertentu, Anda dan saya bisa tidak suka dengan Habib Rizieq atau tidak cocok dengan UAH, UAS, Ustad Felix atau siapapun yang dianggap berseberangan, namun tidak menghilangkan hak-hak mereka sebagai warga negara dan sebagai muslim kita memang diperintahkan untuk berlaku adil.

Jujur awalnya saya juga tidak suka dengan Anies dengan jejak politik identitasnya di Pilgub DKI yang kontroversial. Namun saya mencoba keluar dari echo chamber dan berpikir secara adil serta membuka kemungkinan seperti, “Barangkali yang tidak saya sukai justru baik bagi saya, dan yang saya sukai justru buruk bagi saya”. Hingga pada akhirnya saya mencapai kesimpulan seperti sekarang ini.

Jangan pilih presiden yang didukung mantan teroris!“, ini lama-lama saya kayak buzzernya Anies, klarifikasi mulu. Tentunya narasi demikian sangat cacat logika. Logika sifat pendukung otomatis menempel pada yang didukung pastinya sangat menyesatkan. Misal, jika ABB mendukung Real Madrid maka Real Madrid adalah club sepak bola teroris? What?

Abu Bakr Ba’asyir itu mantan napi yang sudah dibebaskan yang salah satu syaratnya Ikrar setia dan mendukung kepada NKRI, lho. Jika logika cacat yang tadi masih diteruskan maka negara ini boleh dibilang sebagai negara teroris. Tentu tidak.

Kemoderatan seorang Anies tidak diragukan lagi menurut saya. Karena dia mampu merangkul semua spektrum golongan Islam. Begitu pun Anies bisa merangkul saudara kita yang lain seperti yang beragama Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha.

Lho berarti Anies oportunis dong? Ke sana ke mari gak punya malu?”, Sayangnya, iya. Orang cerdas cenderung oportunis memanfaatkan peluang untuk menciptakan kemaslahatan, sedangkan orang licik cenderung suka menabrak peraturan, melakukan kecurangan, menghalalkan segala cara dan memanipulasi orang lain untuk kepentingan dan keuntungan kelompoknya sendiri.

Anies omon-omon saja, kenapa dipilih?

Lah, bukannya sepak terjang dan rekam jejak beliau sudah menjawab yang sebaliknya?

Piawai dan rapi dalam berbicara bukanlah sama dengan pinter ngomong doang, justru kemampuan berbicara yang baik itu menunjukkan pola pikir cerdas dan terbiasa berpikir secara sistematis dan logis.

Ya kalau ada kurang-kurangnya, namanya juga Anies. Didesak juga bisa kok. Untung, orangnya nggak anti kritik.

Wakilnya Anies kan Cak Imin? Cak Imin kan Penjegal Gus Dur?

Anies dan Cak Imin adalah satu paket tak terpisah. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, inilah pendapat saya:

Saya adalah alumni Pondok Pesantren Bahrul Ulum Jombang dan lulusan Madrasah Muallimin Muallimat Jombang yang tak terpisah dari nama Gus Dur sebagai dzurriyah yang terhubung dengan masyayikh Tambakberas dan Gus Dur sebagai mantan kepala sekolah di madrasah saya. Pastinya saya mengidolakan Gus Dur.

Begitu juga dengan almamater saya Institut Agama Islam Negeri Pekalongan yang kini berubah nama menjadi UIN Gus Dur/KH Abdurrahman Wahid yang penamaannya tidak terlepas dari survey kepada mahasiswa yang mayoritas menjawab ‘Gus Dur’ ketika ditanya, ‘Siapakah tokoh idolamu?’. Termasuk saya menjawab Gus Dur.

Lantas mengapa saya tidak anti Cak Imin? Bukankah dia yang melengserkan Gus Dur dari PKB?

Bagi saya, pelengseran Gus Dur dari PKB adalah sah secara administrasi. Dan ini menunjukkan bahwa Cak Imin  sebagai murid politik beliau sudah mampu melampaui gurunya sendiri. Gus Dur pasti bangga kepada Cak Imin walaupun awalnya agak kesal karena guru mana yang tidak bangga jika muridnya bisa melampaui dirinya sendiri? Apakah guru itu ingin muridnya lebih bodoh dari dirinya?

Terbukti PKB dalam kepemimpinan Cak Imin mendapatkan pencapaian lebih bagus dibandingkan ketika PKB dipimpin oleh Gus Dur (pasca pelengseran presiden) dari segi administrasi, perolehan suara dan kursi. Agaknya Gus Dur telah mengalami penurunan performa setelah pelengserannya sebagai Presiden RI.

Walaupun saya mengidolakan Gus Dur tidak lantas saya mengkultuskannya. Beliau tetap menjadi guru bangsa dan inspirasi terbesar bagi saya.

Kalau urusan keturunan Gus Dur mengungkit-ungkit masa lalu Cak Imin ‘melengserkan’ Gus Dur, silahkan selesaikan oleh pihak bersangkutan secara kekeluargaan, saya tidak ikut campur.

Kalau harus memilih harus anti kepada siapa, maka pilihan saya adalah harus anti kepada para perusak demokrasi, termasuk yang sekarang maupun dulu, yaitu orang-orang yang melengserkan Gus Dur sebagai presiden karena jelas itu tidak sesuai dengan konstitusi negara kita.

Alhamdulillah invoice cair

Invoice saya dalam mendukung Anies Baswedan adalah ketika beliau berhasil menjadi presiden dan mampu mewujudkan keadilan dan kesetaraan untuk satu kemakmuran Indonesia. Jika hal itu sudah tercapai maka saya anggap invoice saya sudah cair dan lunas.

Saya tidak butuh menerima transferan dalam bentuk uang dengan jumlah fantastis, dijanjikan jabatan atau kedudukan dengan bonus menerima kenyataan demokrasi dikangkangi segelintir orang dengan kebijakan yang menguntungkan bisnisnya sendiri. Apa artinya invoice besar cair namun hati saya mengeras karena hilangnya rasa kemanusiaan dan antipati terhadap nasib rakyat kecil.

Sudah cukup pedih kehidupan sebagai elemen yang tak diperhatikan, tak diuntungkan dan tak diperhitungkan. Namun tak cukup membuat hati ini bersedih karena saya yakin bahwa saya tidak sendirian, bahkan ada banyak yang jauh lebih tidak beruntung dibandingkan saya.

Jika Anda merasakan hal yang sama, yuk kita junjung tinggi keadilan, yuk kita junjung tinggi kesetaraan. Saya pilih Anies, bagaimana dengan Anda?