Pernahkah kamu melihat lampu di rumahmu dikerumuni banyak laron? Mereka menari meliuk-liuk di sekitar lampu dan meninggalkan sebuah pertanyaan yang mengusik di benak kita. Mengapa laron suka cahaya dan mengerumuninya?
Untuk menjawab misteri ini, mari kita perhatikan pada teori yang berkembang mengani fenomena bagaimana laron memiliki ketertarikan khusus pada cahaya dan apa yang mendorong mereka untuk berkumpul dalam kerumunan yang terkadang mengagumkan.
Nah, penelitian-penelitian baru mungkin bisa membantu kita memahami alasannya. Ada beberapa teori yang berlaku hingga saat ini.
1. Fototaksis
Fototaksis adalah kecenderungan untuk merespon cahaya. Fenomena ini bukanlah monopoli laron, namun serangga pada umumnya memiliki tingkat fototaksis yang bervariasi. Bagi laron, cahaya tampaknya memiliki daya tarik yang kuat.
Ilmuwan meyakini bahwa ketertarikan laron pada cahaya dapat dijelaskan oleh kebutuhan alami mereka untuk navigasi dan orientasi. Cahaya bulan atau bintang dapat menjadi panduan yang sangat baik bagi laron untuk mengarahkan perjalanan mereka di malam hari. Sifat fototaksis ini menjadi sangat jelas ketika kita melihat perilaku laron terhadap sumber cahaya buatan manusia, seperti lampu jalan atau lampu di rumah.
Namun, pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah mengapa cahaya buatan manusia memikat laron sedemikian rupa. Salah satu teori yang muncul adalah bahwa lampu-lampu ini memancarkan spektrum cahaya yang meniru spektrum cahaya alami yang berasal dari bulan atau bintang. Oleh karena itu, laron mungkin “menganggap” lampu-lampu ini sebagai sumber cahaya alami yang dapat membimbing mereka.
2. Escape Mechanism
Mereka terbang menuju cahaya sebagai mekanisme pelarian (escape mechanism). Cahaya biasanya menandakan langit terbuka. Jadi terbang ke arahnya biasanya lebih aman daripada terbang ke dalam kegelapan.
Namun tidak ada yang 100% yakin dengan jawaban ini, sehingga para ilmuwan mulai mempelajari lebih lanjut.
Mereka memasang banyak kamera untuk menangkap apa yang dilakukan serangga, baik di laboratorium maupun di alam liar.
Penelitian mereka, menemukan bahwa serangga terus-menerus berusaha menjaga cahaya tetap berada di punggung mereka.
Hal ini mungkin meniru cara mereka mencoba menjaga matahari tetap berada di belakang mereka pada siang hari untuk mempertahankan level ketinggian terbang dan orientasi tubuh. Namun sayang sekali, bola lampu bukanlah matahari.
Jadi ketika cahayanya mengarah ke atas atau digantung secara vertikal, serangga tersebut akan terbang berputar-putar di sekitarnya atau menyelam terbalik.
Dengan kata lain, serangga mungkin tidak begitu ‘tertarik’ terhadap cahaya dibandingkan terjebak olehnya.
Alasan Sebenarnya Laron (dan Serangga Lain) Tertarik Pada Cahaya Buatan
Setelah mengesampingkan teori-teori sebelumnya, para peneliti berhasil memberikan sudut pandang baru mengenai daya tarik yang bersifat misterius. Pemindaian 3D dengan teknologi tinggi mengungkap bahwa serangga menggunakan cahaya untuk menjaga orientasi tubuh mereka selama terbang.
Di lingkungan alaminya, serangga memanfaatkan cahaya langit untuk meratakan tubuh mereka, suatu perilaku yang dikenal sebagai ‘Respon Cahaya Punggung’ (Dorsal Light Response).
Namun, ketika berhadapan dengan cahaya buatan, mereka menjadi bingung dan terus-menerus berputar dalam siklus koreksi diri untuk menjaga postur tubuh mereka.
Dalam situasi ekstrim, ketika cahaya datang dari bawah, kebingungan ini dapat menyebabkan benturan atau terjatuh yang tidak terkendali.
Teori ini sebelumnya telah diajukan tanpa dukungan visual yang meyakinkan.
Sinar Terang Bagi Populasi Laron (dan Serangga Lainnya)
Konsekuensi dari pencahayaan yang semakin terang di dunia kita terhadap lingkungan alam dan serangga seringkali diabaikan. Pemahaman baru tentang bagaimana cahaya buatan memengaruhi serangga bisa menjadi terobosan dalam upaya kita untuk mengurangi dampaknya terhadap penurunan populasi serangga.
Dengan memahami mekanisme di balik ketertarikan mereka pada cahaya, kita mungkin dapat merancang sumber cahaya buatan yang tidak mengacaukan perilaku alami mereka.
Di dunia yang semakin terpengaruh oleh aktivitas manusia, sangat penting untuk memahami dan meminimalkan dampak kita terhadap ritme alam. Penelitian ini merupakan langkah menuju pemahaman tersebut, menyoroti pemandangan malam yang aneh dan memberikan wawasan yang dapat membantu memastikan kelangsungan hidup para penari malam berkaki enam yang menakjubkan ini.