Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa kita memiliki tujuh hari dalam seminggu? Pembagian satu minggu menjadi 7 hari ini memiliki akar sejarah yang kuat, terutama terkait dengan pengamatan langit oleh peradaban kuno.
Peradaban awal, seperti bangsa Babilonia, adalah pengamat langit yang sangat teliti. Mereka mengamati tujuh benda langit yang terlihat jelas dengan mata telanjang. Angka tujuh, yang mewakili jumlah benda langit yang mereka amati, kemudian menjadi dasar dalam pembagian waktu.
Ada 7 planet menurut peradaban kuno yang kemudian tujuh planet itu dijadikan nama-nama hari dalam satu minggu. Nama-nama planet tersebut adalah Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Matahari dan Bulan.
Tentu saja agak membingungkan mengapa matahari dan bulan dihitung sebagai planet. Definisi planet berubah seiring berjalannya waktu. Pengertian planet saat itu adalah segala sesuatu yang bergerak melawan latar belakang langit.
Planet sendiri berasal dari bahasa Yunani “Planetes” yang berarti pengelana. Tidak masalah seberapa besar dan kecil bendanya, selama benda itu bergerak melawan latar belakang langit maka disebut sebagai planet. Itulah mengapa dulu matahari dan bulan disebut sebagai planet juga.
Nama-nama hari dalam berbagai bahasa, terutama bahasa Inggris, seringkali merujuk pada benda langit atau dewa-dewa yang dikaitkan dengan benda langit tersebut. Mari kita telusuri satu per satu:
Minggu (Sunday)
Benda langit | Matahari |
Dewa | Matahari (dalam berbagai mitologi, Matahari sering dianggap sebagai dewa) |
Dalam bahasa Latin, ia disebut sebagai “Dies Solis” artinya “hari Matahari”. Ini adalah hari Minggu kita sekarang, didedikasikan untuk dewa Matahari, Sol.
Senin (Monday)
Benda langit | Bulan |
Dewa | Bulan (dalam banyak mitologi, Bulan dipersonifikasikan sebagai dewi) |
Hari Senin dikaitkan dengan Bulan, yang memiliki pengaruh besar terhadap pasang surut dan siklus alam. Dies Lunae (bahasa Latin): Artinya “hari Bulan” yang didedikasikan untuk dewi Bulan, Luna.
Selasa (Tuesday):
Benda langit | Mars |
Dewa | Tiw (dewa perang bangsa Jermanik), yang kemudian dikaitkan dengan Mars (dewa perang Romawi) |
Hari Selasa (Latin: Dies Martis) dinamai berdasarkan Tiw, dewa perang bangsa Jermanik. Kemudian, dalam budaya Romawi, Tiw diidentikkan dengan Mars, dewa perang Romawi yang juga merupakan nama planet Mars.
Rabu (Wednesday):
Benda langit | Merkurius |
Dewa | Woden (Odin dalam mitologi Nordik), dewa kebijaksanaan dan sihir |
Hari Rabu (Latin: Dies Mercurii) dinamai berdasarkan Woden, dewa utama dalam mitologi Jermanik. Dalam budaya Romawi, Woden dikaitkan dengan Merkurius, dewa kebijaksanaan, kesaktian, dan kebijakan. Odin juga dikenal sebagai dewa perang dan dewa kematian.
Kamis (Thursday)
Benda langit | Jupiter |
Dewa | Thor (dewa petir dalam mitologi Nordik) |
Hari Kamis (Latin: Dies Jovis) dinamai berdasarkan Thor, dewa petir dalam mitologi Nordik. Dalam budaya Romawi, Thor dikaitkan dengan Jupiter, dewa langit dan petir.
Jumat (Friday)
Benda Langit | Venus |
Dewa | Freya (dewi cinta dan kesuburan dalam mitologi Nordik) |
Hari Jumat (Latin: Dies Veneris) dinamai berdasarkan Freya, dewi cinta dan kesuburan dalam mitologi Nordik. Dalam budaya Romawi, Freya dikaitkan dengan Venus, dewi cinta dan keindahan.
Sabtu (Saturday):
Benda langit | Saturnus |
Dewa | Saturnus (dewa pertanian dalam mitologi Romawi) |
Hari Sabtu (Latin: Dies Saturni) dinamai berdasarkan Saturnus, dewa pertanian dalam mitologi Romawi. Saturnus juga merupakan nama planet keenam dari Matahari.
Itu dia tujuh nama hari dan planet maupun dewa yang melatarbelakanginya. Lucu juga jika dipikir-pikir karena bumi tidak memiliki porsinya untuk masuk dalam jajaran nama hari dalam seminggu. Seakan-akan bumi bukanlah salah satu benda langit yang bergerak menjadi “pengelana” sebagaimana planet-planet lain. Ini berkaitan dengan teori geosentrisme yang menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta. Namun begitulah peradaban kuno dengan segala keterbatasan dan kekurangannya dalam mendefinisikan alam semesta ini.
Bagaimana dengan Uranus dan Neptunus? Ya, keduanya adalah planet yang baru ditemukan (Uranus ditemukan pada 13 Maret 1781 dengan teleskop oleh William Herschel dan Neptunus ditemukan pada 23 September 1846 dengan perhitungan matematis oleh Urbain Le Verrier) sehingga tidak masuk dalam nama hari dalam seminggu.
Nama Hari dalam Bahasa Indonesia
Nama-nama hari dapat bervariasi di berbagai bahasa dan budaya, meskipun akarnya sama. Kita sebagai bangsa Indonesia pun mengadopsi sistem tujuh hari dalam seminggu. Hanya saja, dari segi penamaan tidak merujuk langsung pada bahasa Inggris maupun Latin. Pengaruh budaya melayu, Islam dan Kristen mewarnai penamaan hari dalam bahasa Indonesia, dimulai dari hari Minggu dimana “Minggu” adalah nama hari yang kerap digunakan pada bangsa yang tersentuh oleh agama kristen yang dibawa oleh Portugis.
Kemudian, ada hari Ahad (nama lain Minggu), Senin sampai Sabtu yang mana ini adalah pengaruh budaya Islam yang menyederhanakan nama hari dengan bilangan angka (kecuali Jum’at dan Sabtu, dalam penamaan Jum’at adalah kebiasaan orang Arab untuk berkumpul sedangkan nama Sabtu lebih dipengaruhi oleh budaya Yahudi).
Itulah alasan mengapa ada tujuh hari dalam seminggu. Kebiasaan kita saat ini adalah hasil dari saling silang budaya yang berkorespondensi satu sama lain mulai dari peradaban manusia paling kuno, dengan bumbu mitologi dan rasa penasaran dengan alam semesta.